KBPL Berikan Bantuan Buku Kepada Siswa Di Daerah 3T
Pendidikan merupakan salah satu tolak ukur peningkatan kualitas hidup. Di Way Haru pendidikan merupakan kehidupan dengan infrastruktur, jumlah tenaga pendidik, pun kompetensi guru yang serba minim. Namun, dengan kondisi serba minim itu pun semangat menuntut ilmu, semangat “membaca” dan melihat dunia luar melalui buku tetap menyala di hati para bocah polos penerus kejayaan bangsa ini.
Sebagai salah satu upaya mendukung Gerakan Literasi Nasional dan implementasi Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan memprogramkan pengiriman buku ke wilayah 3T (tertinggal, terdepan, terluar). Melalui program pengiriman buku ke wilayah 3T para peserta didik diharapkan dapat meningkatkan minat dan kemampuan bacanya.
Pekon Way Haru masuk ke dalam kecamatan Bengkunat, Kabupaten Pesisir Barat. Lokasi Pekon Way Haru seperti terperangkap di antara Samudera Hindia dan TNBBS (Taman Nasional Bukit Barisan Selatan). Wilayah tersebut sudah dekat Tampling Kawasan Konservasi Harimau Sumatera.
Tim distributor bantuan buku Kemendikbud untuk wilayah 3T di Provinsi Lampung Tahun 2020 yang berangkat ke Way Haru merupakan tim gabungan yang terdiri atas 8 orang (6 orang laki-laki dan 2 orang perempuan) relawan LPMP Provinsi Lampung dan 6 orang (5 orang laki-laki dan 1 orang perempuan) relawan Kantor Bahasa Provinsi Lampung. Tim gabungan ini dipimpin oleh Kasubbag Tata Usaha LPMP Provinsi Lampung, warsita, S.S., M.Pd.
Tiba di Way Heni, tim gabungan menuju titik pangkalan (rumah salah satu Kepala SD di Way Haru) untuk bertemu 2 orang pemandu yang akan menjadi penunjuk jalan tim gabungan menuju pekon Way Haru.
Para pemandu yang merupakan Kepala SDN 1 Way Haru dan Kepala SDN Bandar Dalam menyebutkan bahwa Pekon Way Haru berada sangat jauh di pedalaman dan cukup terisolir. Belum ada jalur darat yang layak. Menuju Pekon Way Haru adalah perjalan ekstrim menyusuri pantai pinggir laut berpasir samping tebing. Bila pagi air laut masih surut pantai bisa dilewati motor tetapi dengan kecepatan tinggi agar segera sampai Way Haru, khawatir tiba-tiba air pasang. Setelah persiapan singkat dan sholat zuhur yang diqoshor dengan sholat ashar, sesuai saran para pemandu, tim memulai kembali perjalanan.
Dari titik pangkalan desa Way Heni, pukul 12.30 tim naik ojek selama kurang lebih 30 menit sampai ujung desa Sumber Rejo, penduduk setempat menyebutnya ujung krokos, karena ini merupakan batas jalan yang masih bisa dilalui sepeda motor, jalan berbatu krokos. Setelah melewati dua jembatan gantung, tim tiba di ujung krokos pukul 13.05 WIB. Mulai dari sini, tim gabungan berjalan telanjang kaki karena medan yang harus dilalui adalah jalan tanah berlumpur yang cukup dalam dan tidak dapat dilalui kendaraan bermotor kecuali pedati sapi. Tim menempuh perjalanan tanah berlumpur sepanjang kurang lebih 10 km selama kurang lebih 5 jam berjalan kaki.
Tim gabungan relawan LPMP – Kantor Bahasa bukanlah tim ekspedisi mahir ataupun yang sudah terlatih menghadapi medan ekstrim. Namun, perjalanan berat di medan ekstrim berlumpur dilalui dengan canda, riang dan saling membantu sehingga lelah dan beban berat di pundak terasa berkurang. Keringat yang tercampur tetes hujan, telapak kaki yang tergores potongan kayu yang tertimbun lumpur dan tercucuk duri pandan laut, di akhir perjalanan tertinggal menjadi cerita yang lucu namun mengharukan.
Perjalanan panjang yang melelahkan selama 1 hari penuh, terbayar lunas keesokan harinya demi melihat senyum polos merekah indah para bocah menyambut kami, sungguh senyum yang mewah di tengah derasnya hujan di antara perangkap Samudera Hindia dan TNBBS.